Definisi Komunikasi Non Verbal
Bentuk dasar atau bentuk paling dasar dari komunikasi adalah komunikasi
non verbal. Komunikasi non verbal adalah kumpulan isyarat, gerak tubuh,
intonasi suara, sikap dan sebagainya, yang memungkinkan seseorang untuk
berkomunikasi tanpa kata-kata.
Komunikasi non verbal sering juga disebut isyarat , bahasa isyarat atau
bahasa diam (silent language). Ahli antropologii mengungkapkan bahwa
sebelum kata-kata ditemukan, komunikasi terjadi melalui gerakan badan
atau bahasa tubuh (body language). Sebagai contoh , membelakkan mata,
atau mengepalkan tangan sebagai isyarat untuk menyatakan kemarahan atau
mengangguk untuk menyatakan persetujuan.
Fungsi komunikasi non verbal adalah :
a. Meyakinkan apa yang diucapkan (repetition).
b. Menunjukkan perasaan atau emosi yang tidak bias diutarakan dengan kata-kata
c. Menunjukkan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya (identity).
d. Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasa belum sempurna.
Pemberian arti terhadap kode non verbal sangat dipengaruhi oleh system
social budaya dari masyarakat yang menggunakannya. Misalnya meludah di
depan orang dipandang sebagai perbuatan kurang terpuji oleh masyarakat
asia.
Perbedaan Komunikasi Non Verbal dan Verbal
KOMUNIKASI VERBAL
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis
simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga
dianggap sebagai sistem kode verbal (Deddy Mulyana, 2005). Bahasa dapat
didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk
mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami
suatu komunitas.
Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa
secara fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan
sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Ia
menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada
kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk
menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat
yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa.
Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan
dirangkaikan supaya memberi arti. Kalimat dalam bahasa Indonesia Yang
berbunyi ”Di mana saya dapat menukar uang?” akan disusun dengan
tatabahasa bahasa-bahasa yang lain sebagai berikut:
· Inggris: Dimana dapat saya menukar beberapa uang? (Where can I change some money?).
· Perancis: Di mana dapat saya menukar dari itu uang? (Ou puis-je change de l’argent?).
· Jerman: Di mana dapat saya sesuatu uang menukar? (Wo kann ich etwasGeld wechseln?).
Spanyol: Di mana dapat menukar uang? (Donde puedo cambiar dinero?).
Tatabahasa
meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi
merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis
merupakan pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat. Semantik
merupakan pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata.
Menurut
Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana,2005), bahasa mempunyai tiga
fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi
informasi.
Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha
mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya
sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.
Fungsi interaksi menekankan
berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian
atau kemarahan dan kebingungan.
Melalui bahasa, informasi dapat
disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi transmisi dari
bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi yang
lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan,
memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.
Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication: Principles,
Contexts, and Skills, mengemukakan agar komunikasi kita berhasil,
setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:
· Mengenal
dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang
menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa
lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.
· Berhubungan
dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain
untuk kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai
tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita,
termasuk orang-orang di sekitar kita.
· Untuk menciptakan
koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita untuk lebih
teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan
kita, dan tujuan-tujuan kita.
Keterbatasan Bahasa:
· Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.
Kata-kata
adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang,
benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata
tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas,
tetapi buka realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada
dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak.
Komunikasi sering dihubungkan dengan kata Latin
communis yang artinya sama. Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki
makna yang sama. Pada gilirannya, makna yang sama hanya terbentuk bila
kita memiliki pengalaman yang sama. Kesamaan makna karena kesamaan
pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur kognitif disebut
isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan berasal dari
budaya yang sama, status sosial yang sama, pendidikan yang sama,
ideologi yang sama; pendeknya mempunyai sejumlah maksimal pengalaman
yang sama. Pada kenyataannya tidak ada isomorfisme total.
· Percampuranadukkan fakta, penafsiran, dan penilaian.
Dalam
berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta (uraian), penafsiran
(dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan dengan kekeliruan
persepsi. Contoh: apa yang ada dalam pikiran kita ketika melihat seorang
pria dewasa sedang membelah kayu pada hari kerja pukul 10.00 pagi?
Kebanyakan dari kita akan menyebut orang itu sedang bekerja. Akan
tetapi, jawaban sesungguhnya bergantung pada: Pertama, apa yang dimaksud
bekerja? Kedua, apa pekerjaan tetap orang itu untuk mencari nafkah?
.... Bila yang dimaksud bekerja adalah melakukan pekerjaan tetap untuk
mencari nafkah, maka orang itu memang sedang bekerja. Akan tetapi, bila
pekerjaan tetap orang itu adalah sebagai dosen, yang pekerjaannya adalah
membaca, berbicara, menulis, maka membelah kayu bakar dapat kita anggap
bersantai baginya, sebagai selingan di antara jam-jam kerjanya.
Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan
gagasan kita ke dalam bentuk lambang (verbal atau nonverbal). Proses ini
lazim disebut penyandian (encoding). Bahasa adalah alat penyandian,
tetapi alat yang tidak begitu baik (lihat keterbatasan bahasa di atas),
untuk itu diperlukan kecermatan dalam berbicara, bagaimana mencocokkan
kata dengan keadaan sebenarnya, bagaimana menghilangkan kebiasaan
berbahasa yang menyebabkan kerancuan dan kesalahpahaman.
KOMUNIKASI NONVERBAL
Komunikasi
nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal.
Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa
komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis
komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam
kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling
melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.
Klasifikasi pesan nonverbal.
Jalaludin Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:
Pesan
kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti,
terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan
pesan postural.
Pesan fasial menggunakan air muka untuk
menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah
dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan,
rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman,
minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers (1976) menyimpulkan
penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut: a. Wajah
mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan taksenang, yang
menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitiannya baik atau
buruk; b. Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang
lain atau lingkungan; c. Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan
dalam situasi situasi; d. Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian
individu terhadap pernyataan sendiri; dan wajah barangkali
mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian.
Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.
Pesan
postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat
disampaikan adalah: a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak
sukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang
diajak bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif; b. Power
mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda dapat
membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur
orang yang merendah; c. Responsiveness, individu dapat bereaksi secara
emosional pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda
tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.
Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan
jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan
keakraban kita dengan orang lain.
Pesan artifaktual diungkapkan
melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh
relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang
lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat
kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan
pakaian, dan kosmetik.
Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal
yang berhubungan dengan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan
verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan
secara berbeda. Pesan ini oleh Dedy Mulyana (2005) disebutnya sebagai
parabahasa.
Pesan sentuhan dan bau-bauan.
Alat penerima
sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang
disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat
mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa
perhatian.
Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian)
telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan
–menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional,
pencitraan, dan menarik lawan jenis.